|
http://osis-pk12.blogspot.com |
“Ya
udahlah, terserah kamu aja !” kata Nayla menyerah.
Nayla
pun langsung pergi meninggalkan Putra sendirian di koridor kelas. Nayla kembali
ke kelasnya dan langsung duduk di tempatnya dengan wajah ditekuk. Semua orang
melihat Nayla dan bertanya-tanya apa yang sudah terjadi padanya. Namun hanya
Aisyah yang berani datang menghampirinya dan duduk di sampingnya. Tangan Aisyah
mencoba mengelus pundak Nayla, sahabatnya.
“Ada
apa, cantik ? Kamu kok keliatan kesel gitu..” tanya Aisyah heran.
Bibir
Nayla tak bergerak. Akan tetapi lama-kelamaan matanya berlinang dan menitikan
air mata setetes demi setetes. Nayla pun menutupi wajahnya dengan kedua telapak
tangannya dan terdengar isak tangis Nayla yang tak begitu keras. Hanya Nayla
dan Aisyah yang bisa mendengar suara itu.
“Kamu
lagi ada masalah ? Cerita dong sama aku. Kalau pun gak mau, ya sudah. Kamu
tenangin diri aja dulu.” Kata Aisyah bijak.
Lagi-lagi
bibir Nayla tak bergerak. Dia malah langsung keluar, pergi meninggalkan Aisyah.
Aisyah pun memanggil Nayla dan mengejarnya. Langkah kaki Nayla berhenti
seketika dan langsung berbalik menatap wajah Aisyah dengan air mata masih
menggenang di matanya.
“Udahlah
Syah, gak usah ikutin aku. Gak ada yang peduli sama aku. Semua orang itu gak
suka sama aku. Kalau pun aku mati juga, gak ada yang menangisi kepergianku. Aku
udah cukup capek, Syah ! Orangtua ku gak ada perhatiannya sama aku. Mereka
selalu egois. Pendapat mereka harus selalu aku ikuti. Padahal, mereka tau aku
gak suka sama hal itu. Teman-teman juga tak menganggapku. Ketika mereka butuh
ide, pendapat, dan hal lainnya, suara ku selalu gak didengar. Tapi kalau mereka
lagi butuh bantuan pertolongan, aku adalah orang pertama yang mereka suruh.
Nilai ku juga gak sebagus nilai mu yang selalu berkepala 8. Gak heran jika kamu
dipandang dan dihargai. Gak kaya aku !” curhat Nayla.
Aisyah
kaget mendengar semua curhatan Nayla barusan. Ternyata dia benar-benar sedih.
Tidak seperti biasanya. Biasanya wajahnya hanya murung dan tak mau bicara saja.
Tapi kali ini, akhirnya Nayla pun mengeluarkan semua unek-uneknya.
“Aku capek,
Syah ! Aku mau mati aja rasanya. Udah kamu pergi aja !” bentak Nayla.
“Huuusss..
Naylaaaa.. Jangan pernah bilang itu lagi ! Terus kamu selama ini anggap aku apa
? Aku bukan temanmu ? Aku peduli sama kamu, Nayla. Aku sayang sama kamu. Kamu
adalah sahabatku. Aku akan berusaha semampuku ketika kamu membutuhkanku. Tapi
kalau kamu emang gak anggap aku sebagai temanmu, sahabatmu. Oke. Aku gak akan
mengganggumu lagi.” Kata Aisyah kecewa. Aisyah pun kembali ke kelas.
Beberapa
hari kemudian, Nayla masih saja mengingat kejadian tersebut. Pada hari itu, dia
diputuskan oleh pacarnya. Dan mulai dari hari itu juga, Aisyah tak pernah lagi
menegur Nayla. Kini hari-hari Nayla semakin memburuk. Semangat untuk sekolah
pun sudah menghilang entah kemana. Pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh guru
sama sekali tidak masuk ke kepalanya. Waktu-waktunya pun telah dia habiskan
untuk melamun ria.
2 hari
lagi adalah hari ulang tahunnya. Dan dia sangat yakin bahwa tidak ada yang
mengingatnya. Pada tahun lalu saja, hanya Putra dan Aisyah yang mengucapkannya.
Orangtuanya pergi ke luar negeri dan tidak memberi kabar atau minimal
mengucapkan selamat lewat SMS. Apalagi tahun ini. Di mana Putra dan Aisyah sudahlah
tidak menjadi bagian dari hidupnya lagi.
Yang
dipikirkan Nayla pun benar. Pada hari ulang tahunnya, tidak ada seorang pun
yang mengucapkan selamat atau memberi do’a untuknya. Sungguh hancur hati Nayla.
Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 malam. Akan tetapi orangtua Nayla pun belum
pulang juga. Mungkin memang takdirku
seperti ini. Dilahirkan menjadi orang
yang paling malang sedunia. Kata Nayla dalam hati.
Semenjak
ditinggal kakak perempuan tersayangnya 2 tahun yang lalu, tingkah laku Nayla
berubah drastis. Yang tadinya periang, ceria, dan selalu optimis, tiba-tiba
menjadi murung, gelisah, dan terlalu sensitif. Tidak ada lagi yang menjadi
tempat curhatnya dan memberikannya semangat. Kakak tersayangnya, Aura, kini
telah pergi meninggalkannya. Kadang dia ingin sekali curhat, berbagi kisah ke
Aisyah, akan tetapi terkadang dia terlalu sibuk dan kurang mempunyai waktu buat
Nayla.
Tak
lama kemudian, Nayla pergi ke arah dapur. Dan ada seseorang yang masuk ke dalam
rumahnya. Tetapi Nayla tidak menyadarinya. Nayla pun terlihat seperti orang
yang sedang kebingungan. Dia sedang mencari sesuatu. Dan akhirnya pun ketemu.
Sebuah pisau tajam dia ambil dengan tangan kanannya. Dia goreskan pisau
tersebut ke pergelangan tangan kirinya. Darah pun memancar keluar dengan
cepatnya.
Namun
tiba-tiba, ada seseorang masuk ke dapurnya dan melihat kejadian tersebut.
Ternyata orang itu adalah Aisyah. Betapa kagetnya Aisyah melihat hal itu sampai
kue ulang tahun untuk Nayla yang dipegangnya pun jatuh. Segera dia tutup luka
Nayla dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
Nayla
pun siuman setelah sempat beberapa jam tak menyadarkan diri. Ketika dia membuka
matanya, dia melihat kedua orangtua nya datang dengan wajah cemas.
“Nayla..
Kamu tidak apa-apa, sayang ?” tanya ibu Nayla khawatir.
“Maaf kami
pulang terlambat, nak. Kami sedang mencari sesuatu untuk hari ulang tahunmu.
Dan kami baru saja mengambil pesenan kue ulang tahun untukmu. Hanya saja
tertinggal di rumah.” kata ayah Nayla.
“Kami
sangat kaget mendengar kamu di rumah sakit, sayang. Kami takut kamu
kenapa-kenapa. Dan maafkan kami, setahun yang lalu. Kami ingin sekali menghubungimu
untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Namun sayangnya seminggu full kami ada
acara full time. Sampai-sampai handphone kami berdua mati. Jadi tidak sempat
mengabarimu pula. Maafkan kami ya, sayang.” Kata ibu Nayla sambil mengelus
kepala Nayla.
Seperti
biasa. Bibir Nayla tak bergerak. Lagi-lagi hanya air mata yang berlinang di
pipinya yang dapat melukiskan perasaannya sekarang. Betapa terharunya Nayla
mendengar semua pengakuan ibu dan ayahnya barusan. Benar-benar di luar dugaan.
Ternyata orangtua nya sangat memperhatikannya. Hanya saja mereka yang terlalu
sibuk dan Nayla yang terlalu berpikir negative pada mereka. Tunggu dulu. Ada 1 hal
yang kurang. Walaupun agak buram penglihatannya tadi, namun dia melihat Aisyah
datang ke rumahnya dan menolongnya segera setelah kejadian percobaan bunuh
dirinya di dapur.
“Ibu,
Ayah.. Apakah kalian melihat Aisyah tadi ?” tanya Nayla heran.
Ibu
Nayla tersenyum dan berkata, “Sekarang dia lagi istirahat di ruangan sebelah,
nak. Dia baru saja mendonorkan darahnya untukmu. Kata dokter, saat kamu di bawa
ke sini, kamu benar-benar sangat kekurangan darah. Dan kebetulan stok darah di
sini pun lagi kosong. Jadi tanpa berpikir panjang, Aisyah langsung mendonorkan
darahnya untukmu. Golongan darahnya kan O. Jadi dia tetap bisa mendonorkan
darahnya ke kamu yang golongan darahnya A. Dan yang ibu tak sangka, kata dokter
sebenarnya kesehatan Aisyah juga lagi turun. Namun dia tetap saja bersihkeras
untuk mendonorkan sebagian darahnya untukmu. Dia bilang, dia akan memberikan
apapun untuk sahabatnya agar sahabatnya bahagia.”
Aisyaahh..
Terima kasih :’) Engkau benar-benar sahabat yang paling baik. Entah apa yang
terjadi saat ini jika saat itu kamu tidak datang ke rumahku dan tidak
mendonorkan sebagian darahmu untukku. Maafkan aku ya Tuhan jika selama ini aku
selalu berpikir negative pada semuanya. Kegelisahan, kegalauan, dan kegundahan
yang ku rasakan selama ini benar-benar berdampak buruk padaku. Terima kasih
karena Engkau masih menyayangi dan melindungiku. Pulang dari rumah sakit, aku
berjanji akan menjadi orang yang lebih baik lagi. Aku akan lebih bersemangat
menjalani hidup. Karena aku sadar, seberapa pun jumlah orang yang tidak
menyukaiku, akan tetapi masih ada pula yang menyukai dan menyayangiku serta
menjagaku selalu. Mereka sangat menyayangiku dan aku pun baru menyadari bahwa
aku juga sangat menyayangi mereka. Tidak akan ku sia-siakan hidupku ini. Akan
ku jadikan hidupku ini lebih berarti untuk diriku sendiri maupun orang lain di
sekitarku.